B. Sejarah Ilmu Pengetahuan Pada zaman Islam
Dalam dunia Islam, ilmu bermula dari keinginan untuk memahami wahyu yang terkandung dalam Al-Qur'an dan bimbingan Nabi Muhammad SAW mengenai wahyu tersebut. Al-'ilm itu sendiri dikenal sebagai sifat utama Allah SWT. Dalam bentuk kata yang berbeda, Allah SWT disebut juga sebagai al-'Alim dan 'Alim, yang artinya "Yang Mengetahui" atau "Yang Maha Tahu." Ilmu adalah salah satu dari sifat utama Allah SWT dan merupakan satu-satunya kata yang komprehensif serta bisa digunakan untuk menerangkan pengetahuan Allah SWT.[1]
Islam memandang sumber utama dan penguji akhir ilmu pengetahuan ada tiga, yang pertama panca indera (empiris), kedua akal (rasional), dan yang ketiga adalah wahyu (otoritas). Dan inilah yang akan membangun peradaban Islam. Pertama kali Adam diciptakan, Allah mengajarinya tentang nama-nama. Dan inilah ilmu pertama manusia yang membentuk peradaban umat manusia di bumi sampai saat ini.[2]
Pentingnya Ilmu pengetahuan tumbuh bersama dengan munculnya Islam itu sendiri ketika Rasulullah SAW menerima wahyu pertama yaitu Qs. Al-Alaq 1-5.[3] dari awal turunnya wahyu ajaran Islam meletakkan semangat keilmuan yang sangat penting di dalam kehidupan umat manusia untuk memperoleh ilmu sebab ilmu merupakan tujuan utama.
Perkembangan ilmu dalam Islam yaitu sebagai berikut:
- Pendekatan kaum muslimin terhadap wahyu dalam menghadapi suatu situasi dimana mereka hidup.
- Hadirnya Nabi SAW ditengah-tengah kaum muslimin sebagai pimpinan dan tokoh sentral menyebabkan semua situasi dan persoalan-persoalan yang muncul dipulangkan dan diselesaikan oleh Nabi SAW.
- Adanya generasi tabi’in dan tabiit tabiin (tabi’at – tabi’in) dengan semangat wahyu yang diserap penilaian terhadap situasi baru lebih bercorak intelektual mereka menggunakan metode.
- Nash (Al-Qur’an) yaitu mencari rujukan kepada ayat-ayat Al-Qur’an dan teks – teks hadits yang sifatnya langsung jelas dan merujuk pada situasi yang dihadapi atau mencari teks yang cukup dekat dengan situasi atau masalah yang dihadapi bila teks langsung tidak diperoleh.
- Metode kias atau penalaran analogis (ijtihad).[4] Metodologi keilmuan yang menandai lahirnya epistemologi keilmuan yang kompromistik pada cara pengambilan pengetahuan yang murni berbasis empiris dan rasional dengan intuisi/ wahyu yaitu sebagai berikut[5] :
Bayani : Metode yang didasarkan pada teks kitab suci. Teks suci mempunyai otoritas penuh untuk memberikan arah dan arti terhadap kebenaran. Rasio dijadikan sebagai pengawal bagi teramankannya otoritas teks. Contohnya: fikih Islam, Ushul fikih, tafsir qur’an.
Burhani : Kerangka berfikir yang tidak didasarkan atas teks suci maupun pengalaman spritual melainkan atas dasar keruntuhan logika. Kebenaran harus dapat dibuktikan secara empirik dan diakui menurut penalaran logika (logis). Contohnya: ilmu biologi, fisika, astronomi, geologi, ekonomi, pertanian, dan pertambangan.
Irfani : Model penalaran yang didasarkan atas pendekatan dan pengalaman spritual langsung (direct exprecience) atas realitas yang tampak. Rasio dgunakan hanya untuk menjelaskan pengalaman spritual contohnya: ilmu-ilmu keshufian.
4. Dengan adanya ijtihad maka muncul pemikiran baru tentang persoalan- persoalan yang dihadapi di dalam kehidupan maka tumbuhlah ilmu tersendiri.
Menurut Amsal Bakhtiar sejarah perkembangan ilmu dalam Islam dibagi kedalam beberapa zaman yaitu sebagai berikut[6]:
1. Penyampaian Ilmu dan Filsafat Yunani Kedunia Islam
Didunia Islam pada dasarnya terdapat upaya rekonsilasi dalam arti mendekatkan dan mempertemukan dua pandangan yang berbeda pandangan filsafat dengan pandangan keagamaan dalam Islam yang seringkali menimbulkan benturan. Yang menunjukan keberhasilan Islam dalam menemukan dan mengembangkan Ilmu pengetahuan yaitu sebagai berikut:
- Upaya menterjemahkan berbagai buku karangan bangsa-bangsa terdahulu seperti Yunani, Romawi, dan Persia serta naskahyang ada di Timur tengah dan Afrika seperti Mesopotamia dan Mesir.[7].
- Kaum muslim bertemu dengan kebudayaan dan peradaban yang telah maju dari bangsa-bangsa yang mereka taklukan.
- Adanya pusat pengkajian ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh kelompok Mawali atau orang-orang non Arab (Persia) yang bertempat di Masjid Bashrah yang terdiri dari Halaqat-Halaqat.
2. Perkembangan Ilmu Pada Masa Islam Klasik.
- Pada masa ini terjadi fitnah al-Kubro yang membawa perubahan besar bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu di dunia Islam. Yang memunculkan berbagai aliran politik dan aliran teologi. Yaitu sebagai berikut:
- Syiah yang membela Ali
- Alran khawarij
- Muawiyah
- Abdullah Ibn Umar dan Abdullah Ibn Abbas yang mencurahkan terhadap ilmu pengetahuan (hadits dan Ilmu Tafsir).
- Masuknya unsur-unsur dari luar kedalam Islam yaitu unsur- unsur budaya perso-semitik (Zoroastrianisme khususnya Mazdaisme, yahudi dan kristen) dan budaya Hellenisme. Argumen-argumen Hellenisme menjadi penengah dari pandangan dikhotomi.[8]
3. Perkembangan Ilmu Pada Masa Kejayaan Islam
The Golden Age of Islam terjadi pada masa pemerintahan Dinasti Abbas (Abbasiyah), yang sangat terbuka terhadap perkembangan berbagai pemikiran baru. Bersamaan dengan dilarangnya belajar-mengajar filsafat, umat Islam mengalami kemunduran, hingga terpuruk ke dalam belenggu penjajahan Negara-negara Barat (Dark Age).
Timbulnya kesadaran baru di kalangan umat Islam untuk keluar dari belenggu penjajahan, tidak lepas dari keberanian beberapa pembaharu dunia Islam seperti Jamaluddin al Afghani dan Muhammad Abduh, yang menganjurkan agar umat Islam kembali mempelajari filsafat dan membuka diri kepada munculnya ide-ide baru.
Upaya-upaya umat Islam untuk membangun kembali ilmu pengetahuan yaitu sebagai berikut:
- Menterjemahkan karya-karya filosof Yunani kedalam bahasa Arab. Buku-buku kuno mengenai kedokteran, bidang Astronomi (siddhanta, Quadripartitus).
- Membangun Bait al-Hikmah yang terdiri dari perpustakaan, observarium dan departemen penerjemahan.[9].
- Adanya penelitian dan karya-karya pada masa keekamasan (kejayaan Islam).
4. Masa Keruntuhan Tradisi Keilmuan dalam Islam
Abad ke 18 merupakan sejarah yang menyedihkan bagi umat Islam ini di sebabkan yaitu sebagai beikut: :
- Diterimanya faham Yunani mengenai realitas yang pada pokoknya bersifat statis, sementara jiwa Islam adalah dinamis dan berkembang.
- Persepsi yang keliru dalam memahami pemikiran Al-Ghazali yang menawarkan pemikiran ilmiah, rasional dan pengamatan, analisis, sifat skeptik.
- Bersikap dogmatis dan taklid secara membuta.
- Para penguasa merasa terancam dengan adanya pendidikan dan pengetahuan yang dapat merongrong kekuasaanya.
- Kesulitan-kesulitan ijtihad dan mistisme asketik.
Nama renaissance digunakan untuk menandai masa-masa antara abad ke 16 dan dimatangkan abad ke 18, kata renaissance sendiri berasal dari bahasa perancis yang arti harfiahnya adalah kelahiran kembali. Istilah ini mengandung arti bahwa terdapat sesuatu yang pernah ditinggalkan atau dilupakan orang dan sekarang lahir atau mulai dipakai kembali.
Pada zaman ini secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang selama ini telah membelenggu kebebasan filsafat dan ilmu.[10] Ciri awal renaissance yaitu Semangat bebas mempelajari segala sesuatu dan mengemukakan pendapat pribadi dengan menggunakan pendapat pribadi dengan menggunakan bahasa sehari-hari.
Zaman renaissance memandang manusia dua pandangan yaitu antroposentris yaitu :
- Naturalistis manusia dilihat menurut kodratnya sendiri yang berbeda dengan kodrat binatang yaitu sebagai makhluk berakal budi dan berkehendak bebas. Dengan mengembangkan akal budinya manusia dapat memiliki pengetahuan yang dalam tentang lingkungannya, mempertimbangkan tindakannya dan mempertanggung jawabkannya.
- Menurut pandangan individualistis manusia adalah suatu individu yaitu unit yang berdiri sendiri dan karena itu sempurna. Dengan ciri manusia memiliki kemampuan untuk menguasai lingkungannya dan untuk selanjutnya menguasai dunia.
Kedua pandangan tersebut membangkitkan rasa percaya diri yang besar di dalam diri orang-orang zaman ini maka dengan kemampuan masing-masing mencoba mengembagkan diri dan hidupnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern di awali dengan epstemologi keilmuan yaitu kebenaran dilandai corak teologis yang natural, dinamik, teratur, runtut dan dapat dibuktikan secara empirik rasional.[11] Sehingga muncullah ilmu – ilmu sosial.
D. Sejarah Ilmu Pengetahuan Pada Zaman Kontemporer
Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang ini.[12] Ilmu kontemporer tidak segan- segan melakukan dekontruksi dan peruntuhan terhadap teori – teori ilmu yang pernah ada untuk kemudian menyodorkan pandangan-pandangan baru dalam rekontruksi ilmu yang mereka bangun. Dalam penyusunan ilmu pengetahuan haruslah mengumpulkan sebanyak mungkin fakta pengalaman untuk dianalisis.
Beberapa contoh ilmu pengetahuan zaman kontemporer yaitu :
- Santri, Priyayi, dan Abanga. : Kerangka tipologis keberagamaan Jawa, yaitu hubungan stuktur sosial yang ada dalam suatu masyarakat dengan pengorganisasian dan perwujudan simbol-simbol. Tiga lingkungan yang berbeda yang dibarengi latar belakang masuknya agama serta paradaban hindu dan Islam di Jawa. Santri (yang menekankan aspek-aspek Islam), Priyayi (yang menekankanaspek-aspek hindu), Abangan (yang menekankan pentingnya animistik).
- Teknologi Rekayasa Genetika.
- Teknologi Informasi.
- Teori Partikel Elementari
III. PENUTUP
Bagaimana suatu persoalan dirumuskan, ditelaah, bagaimana jawaban-jawaban dan pertanyaan-pertanyaan selalu diformulasi kembali sepanjang jaman, hanya dalam rangka mencari kebenaran untuk kemaslahatan kehidupan manusia untuk mecapai pemikiran yang lebih baik. Sejarah adalah sejarah yang tidak mungkin dihapus. Adanya sesuatu hari ini mau tak mau, suka tak suka adalah sebagai akibat dari kontak dengan masa lalu. Di sinilah ilmu pengetahuan dari titi awal sampai mencapai perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat.
Pemikiran- pemikiran para filsuf, adalah merupakan harta dunia yang tiada terbilang nilainya. Jelas ia memberi sumbangan bagi kemajuan berpikir berikutnya. Sumbangannya bagi sejarah peradaban dunia patut untuk disampaikan senantiasa oleh kita yang hidup di jaman yang katanya modern ini; minimal sebagai ungkapan terima kasih kita kepada mereka, yang pemikirannya langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kehidupan kita hari ini.
[3] Amsal Bakhtiar. Filsafat Ilmu. (2004. PT. Rajagrafindo Persada: Jakarta). Hal 32.
[4] ]sekilas Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Zaman Islam Klasik.
[5] Cecep Sumarna. Hal 34-35.
[6] Amsal Bakhtiar. Hal 34-35.
[7] sekilas_Sejarah_Perkembangan_Ilmu_Pengetahuan_pada_Zaman_Islam_Klasik.
[8] Amsal Bakhtiar. Hal 37-39.
[9] Ibid. hal 40-42.
[10] Amsal Bakhtiar. Hal 50.
[11] Cecep Sumarna. Hal 39
[12] Amsal Bakhtiar. Hal 68.
Baca Juga....
The History of Scince
PENEMPATAN FUNGSI FILSAFAT TERHADAP PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
The Golden Year
Tidak ada komentar:
Posting Komentar