Perkembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru mengenai
ilmu pengetahuan yang dapat mempengaruhi dan mengubah manusia dan dunianya yang
berperan penting dalam membentuk peradaban dan kebudayaan manusia. Semakin maju
pengetahuan semakin meningkat keinginan manusia, yang dapat memperbudak manusia
dan lebih mengerikan lagi yaitu dapat mengancam keamanan dan kehidupan manusia.
Untuk mencermati perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi itulah maka
perlu kehadiran filsafat ilmu untuk mengembalikan arah ilmu pengetahuan dan
teknologi kepada “rel” yang
sesungguhnya. Agar umat manusia tidak diancaman kecemasan. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa landasan ontologis, epistemologis, dan axiologis itu
merupakan hal yang penting bagi setiap ilmu. Ketiga landasan itu tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Ia harus
saling terkait dan utuh. Sebab, ketiga
landasan itu..
merupakan keniscayaan bagi ilmu apa saja. Dengan perkataan lain, landasan ontologis, epistemologis, dan axiologis ini tidak boleh tidak pasti terdapat di dalam setiap ilmu apa saja. untuk itulah mari kita kaji terhadap aliran-aliran filsafat materialisme, idealisme, dualisme yang dapat mempengaruhi keilmuan modern dilihat dari sudut pandang Ontologi, Epistemologi, dan Axiologi
merupakan keniscayaan bagi ilmu apa saja. Dengan perkataan lain, landasan ontologis, epistemologis, dan axiologis ini tidak boleh tidak pasti terdapat di dalam setiap ilmu apa saja. untuk itulah mari kita kaji terhadap aliran-aliran filsafat materialisme, idealisme, dualisme yang dapat mempengaruhi keilmuan modern dilihat dari sudut pandang Ontologi, Epistemologi, dan Axiologi
II.
ONTOLOGI (Teori Hakikat)
Ontologi merupakan salah
satu diantara lapangan penyelidikan atau
pelacakan pemikiran kefilsafatan yang paling klasik yaitu muncul pada zaman
Yunani kuno diantara kefilsafatan yang lainnya. Tokoh yang dikenal dalam teori
ini adalah Thales atas pemikirannya tentang air.
Namun Zaman modern
persoalan yang dihadapi oleh Thales yang hidup pada zaman Yunani kuno yang
sudah berabad-abad lalu kini selau hadir dalam melacak pemikiran kefilsafatan
terhadap dasar keilmuan modern. Karena dalam ontologi orang berfikir bagaimana
hakikat dari segala yang ada. Menurut Dr. H. Cecep Sumarna teori ontologi
adalah sama dengan teori hakikat yang tugasnya memberi jawaban atas pertanyaan
apa sebenarnya realitas sesuatu? Dan apakah sesuai dengan penampakannya?.
Dari pertanyaan yang
disodorkan oleh Dr. H. Cecep Sumarna tersebut membuktikan bahwa setiap orang
dihadapkan dengan persoalan kenyataan yaitu berupa materi kebenaran dan
kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan). Hakikat adalah kenyataan atau Riil
artinya kenyataaan yang sebenarnya bukan kenyataan sementara atau keadaan yang
menipu ataupun kenyataan yang berubah. Bentuk realiatas secara transedental
dari Tuhan yang merupakan ciptaannya dengan segala pluralitasnya yang berbentuk
(alam dunia ini) atau yang tidak terbentuk (abstrak) untuk dipahami dan
diketahui eksitensinya, ataupun secara ideal dan empirik.
Ontologi diartikan
menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitu ontos “sesuatu yang berwujud” logos yaitu “teori tentang hakikat yang ada” jadi secara istilah ontologi yaitu
hakikat yang dikaji dan hakikat realitas yang ada tentang kebenaran atau juga
hakikat segala sesuatu yang ada yang memiliki sifat universal atau hakikat,
realistas yang di dalamnya mengandung pluralisme (kemajemukan) untuk memahami
adanya eksistensi.[1]
Ontologi merupakan teori
hakikat atau ilmu yang mengkaji metafisika. Bidang telaah yang disebut dengan
metafisika ini merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran fisafat termasuk
pemikiran ilmiah yang menimbulkan berbagai spekulasi tentang hakikat. Berikut
ini yang mempengaruhi terhadap basis keilmuan modern dilihat dari sudut pandang
yaitu sebagai berikut:
A. MATERIALISME
Aliran ini menganggap
bahwa sumber asal hakikat bukanlah
rohani tetapi materi. bahwa jiwa dan ruh
adalah akibat dari benda atau materi tersebut, sehingga sejatinya eksistensi
sesuatu terletak di balik yang fisik. Sebagai contoh tentang teori atom yang
dikembangkan oleh Democritos penulis gambarkan sebagai contohnya yaitu:
Jadi materialisme menganggap
bahwa hakikat merupakan suatu mekanisme seperti suatu mesin yang besar. Bahwa
di dalam tubuh manusia terdapat unsur- unsur materi yaitu berupa daging dalam 1
kg daging terdapat beberapa sel, di dalam 1 sel terdapat beberapa atom bagian
terkecil dari atom yaitu inti atom yang terdiri dari beberapa molekul.
Aliran ini mempunyai
alasan bahwa hakikat yaitu:
1. Pada pikiran yang masih
sederhana, apa yang kelihatan dan dapat diraba, baiasanya dijadikan kebenaran
terakhir. Pikiran sederhana tidak mampu memikirkan sesuatu di luar ruang yang
abstrak.
2. Penemuan-penemuan
menunjukkan betapa bergantungnnya jiwa pada badan. Peristiwa jiwa selalu
dilihat sebagai jasmani yang selalu menonjol dari peristiwa tersebut.
3. Sebagai contoh dalam
sejarahnya manusia bergantung pada suatu benda seperti padi. Dewi Sri dan Tuhan
muncul dari situ. Kesemua itu memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakikat
adalah benda.[2]
Pengembagan ilmu
berdasarkan materialisme cenderung kepada ilmu-ilmu kealaman yang menganggap bidang
ilmunya sebagai induk bagi pengembangan ilmu-ilmu lain. Dalam perkembangan ilmu
modern ini disuarakan oleh positivisme.
B. IDEALISME
Idealisme yaitu berasal dari kata “idea” yaitu sesuatu
yang hadir dalam jiwa. Bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua
berasal dari ruh (sukma) atau sejenisnya, sesuatu yang tidak berbentuk dan
menempati ruangan. Materi atau zat merupakan penjelmaan dari ruhani yaitu bahwa di balik realitas fisik pasti ada yang
tidak tampak. Fisik hanyalah bayang-bayang yang bersifat sementara dan menipu
yang akan rusak dan tidak akan membawa kepada kebenaran sejati.
Aliran ini merupakan
lawan dari aliran materialisme yang dinamakan juga spritualisme. Alasan hakikat
adalah ruhani yaitu:
1. Nilai ruh lebih tinggi
dari pada badan, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Ruh
itu dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya. Sehingga materi hanyalah badan,
bayangan atau penjelmaan saja.
2. Manusia lebih dapat
memahami dirinya dari pada dunia luar dirinya.
3. Materi ialah kumpulan
energi yang menempati ruang benda tidak
ada, yang ada energi itu saja.[3]
Pengembangan ilmunya
cenderung pada ilmu-ilmu kerohanian dan menganggap bidang ilmu sebagai wadah
utama bagi titik tolak pengembangan bidang ilmu-ilmu lain
C. DUALISME
Aliran ini hendak
menggabungkan antara eksistensi fisik dengan eksistensi yang metafisik yang
berjalan sejajar tanpa saling mengalahkan yang merupakkan satu kesatuan
(monoisme). materi dan ide itu sama-sama
primernya. Tidak ada yang sekunder. Kedua-duanya timbul dan ada persamaan.
Materi itu ada karena ada ide atau pikiran. Juga sebaliknya, ide atau pikiran
itu ada karena ada materi.
Umumnya mausia tidak akan
mengalami kesulitan untuk menerima prinsip dualisme ini, karena setiap
kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh panca idera kita, sedangkan
kenyataan batin dapat segera diakui adanya oleh akal dan perasaan hidup.
Dalam mencapai suatu kebenaran,
baik kebenaran relatif atau kebenaran mutlak diperlukan penelaahan terlebih
dahulu apa yang menjadi objeknya dan proses apa yang harus digunakan dalam
menganalogikannya. Ontologi memerlukan proses yaitu suatu cara dalam
menggunakan metode-metode sehingga sampai pada tahap kebenaran yang diterima
oleh hati nurani dalam bnetuk keyakinan yang mendalam identik kepada hal yang
metafisik di barengi dengan cara berpikir ideal. Oleh karena itu diperlukan
akal dan panca indera sebagai alat untuk memahami, melihat dan mendengar
sehingga membantu untuk memantafkan suatu kebenaran. Jadi cara memperoleh
pengetahuan yang benar adalah dengan mendasarkan dari pada rasio dan
mendasarkan diri pada pengalaman.
III.
EPISTEMOLOGI (Teori
Pengetahuan)
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan
yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos.
Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos lazim dipakai untuk menunjukkan
adanya pengetahuan sistematik. Dengan demikian epistemologi dapat diartikan
sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan.
Epistemologi adalah
pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan cabang filsafat yang
membahas tentang terjadinya pengetahuan,
sum-ber pengetahuan, asal mula pengetahuan, sarana, metode atau cara memperoleh
pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan (ilmiah).
Epistemologi bertalian
dengan definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu yang bersifat nisbi dan
niscaya, dan relasi eksak antara 'alim (subjek) dan ma'lum
(objek). Atau dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang
meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh
pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat.
Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan,
bahkan menentukan “kebenaran” macam apa yang dianggap patut diterima dan apa
yang patut ditolak ini merupakan bentuk tanggung jawab atas
pengetahuan yang dimiliki.
Menurut Dr.H. Cecep Sumarna mengkaji tentang cara memperoleh pengetahuan
yaitu berupa sumber pengetahuan, dan metodologis yaitu bagaimana manusia
memperoleh pengetahuan serta norma berfikir seperti apa yang mungkin dapat
melahirkan atau dapat memperoleh dan membentuk pengetahuan yang benar
(2008:58).
Metode ilmu disini adalah menggunakan akal dan rasio, karena untuk menjelaskan pokok-pokok
bahasannya memerlukan analisa akal. Yang dimaksud metode akal di sini adalah
meliputi seluruh analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu hushûlî dan
ilmu hudhûrî. Dan dari dimensi lain, untuk menguraikan sumber kajian
epistemologi dan perubahan yang terjadi di sepanjang sejarah juga menggunakan
metode analisa sejarah. Berikut ini yang
mempengaruhi terhadap basis keilmuan modern dilihat dari sudut pandang yaitu
sebagai berikut
A. MATERIALISME
Alairan materialisme yang
merupakan sumber keilmu yaitu Burhani
adalah kerangka berfikir yang tidak di dasarkan atas teks suci maupun
pengalaman spritual, melainkan atas dasar keruntutan logika. Pada tahap
tertentu, keberadaan teks suci dan pengalaman spritual bahkan hanya dapat
diterima jika sesuai dengan aturan logika. Kebenaran harus dapat dibuktikan
secara empirik dan diakui menurut penalaran logis.[4]
Oleh karena itu tidak salah juga jika ada yang menyatakan bahwa logika adalah
ilmu pengetahuan (science) sekaligus
juga keterampilan (act) untuk
berpikir lurus, cepat dan teratur. contohnya bidang ilmu aliran materialisme
diantaranya yaitu ilmu- ilmu Biologi, fisika, astronomi, geologi dan bahkan
ilmu-ilmu kemodernan seperti ekonomi, pertanian, dan pertambangan.
B. IDEALISME
Aliran ini yang merupakan Sumber keilmuan berdasarkan dari kewahyuan yaitu
disebut dengan Bayani adalah sebuah metode
berfikir yang didasarkan pada teks kitab suci. Teks suci mempunyai otoritas
penuh untuk memberikan arah dan arti terhadap kebenaran. Berikut ini contoh
ilmu aliran idealisme yaitu Tafsir–Ulumul
Qur’an, Hadis-Ulumul Hadis, Fiqh-Usul Fiqh, Bahasa-Sastra dll.
C. DUALISME
Aliran ini menggabungkan
konsep sumber keilmuan berdasarkan Burhani, Bayani dan irfani yaitu model
penalaran yang didasarkan atas pendekatan dan pengalaman spritual langsung (direct exprecience) atas realitas yang
tampak, rasio digunakan hanya untuk menjelaskan pengalaman spritual. Contoh
ilmu aliran ini yaitu akhlak dan tasawuf. Aliran ini aliran non dikhotomik
yaitu semata-mata pada nilai-nilai pendidikan yang terkait dengan al-ulum al-dunyawiyah atau semata –mata al-ulum al-kauniyah.
IV.
AKSIOLOGI (Teori Nilai)
Axiologi berasal dari kata – kata yunani. axios =
nilai dan logos berarti pandangan/teori. Secara terminologi axiologi adalah
nilai akhir (ultimate value) kebenaran.[5] Jadi manusia harus hidup
dan bertindak berdasarkan nilai yang dianggap benar baik dalam persefektif
masyarakat maupun dalam persefektif agama. Proses ilmu pengetahuan menjadi
sebuah teknologi yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu
tidak terlepas dari si ilmuwannya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada
kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan-kepentingan masyarakat akan
membawa pada persoalan etika keilmuaan serta masalah bebas nilai estetika.
Etika membicarakan
tentang baik buruk dilihat dalam persefektif yang luas atu sesuatu yang
dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai
atau menilai terhadap perbuatan-perbauatan manusia .
Sedangkan estetika
berkaiatan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia
terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Atau berbicara tentang indah
tidaknya, nikmat dan tidak nikmat, membahagiakan dan tidak membahagiakan.
Estetika terkait dengan bidang kesenian.
A. MATERIALISME
Aliran ini berpendapat bahwa
ilmu tidak terikat pada nilai, selain kepada kebenaran yang nyata. Bahwa ilmu
pengetahuan harus bebas nilai. Yang menjadikan kebenaran sebagai Satu-satunya
ukuran bagi seluruh kegiatan ilmiah, termasuk penentuan tujuan ilmu pengetahuan
dianggap sebagai peluang untuk memasukan pertimbangan nilai di luar nilai
kebenaran dalam kegiatan ilmiah diangap tidak mungkin dilakukan.
Faktor penyebab ilmu
pengetahuan harus bebas nilai yaitu:
1. Ilmu harus bebas dari
pengandaian-pengandaian yakni bebas dari pengaruh eksternal. Sebab penilaian
atas ilmu dengan pengaruh diatas terlalu subjek dan setiap memiliki idealitas
nilainya sendiri-sendiri.
2. Perlunya kebebasan usaha
ilmiah agar otonomi ilmu pengetahuan terjamin.
3. Penelitian ilmiah dengan
basis nilai dianggap akan menghambat kemajuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan.[6]
Ilmu pengetahuan sendiri bertujuan mengupayakan para peneliti sebagai
penambah kesenangan manusia dalam kehidupan yang sangat terbatas dimuka bumi
ini.
B. IDEALISME
Aliran ini berpendapat
bahwa ilmu terikat oleh nilaietik dan nilai kesusilaan gunanya untuk melengkapi
pertimbangan nialai kebenaran yang akan melahirkan suatu prinsip bahwa ilmu
pengetahuan harus terikat dengan nilai, ilmu yang diperoleh merupakan proses
mental dan psikologi, oleh karena itu etika keilmuan ini harus di tunjukan
untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat
kemanusiaan. Yang mengacu kepada kaidah moral yaitu hati nurani kebebasan dan
tanggung jawab, nilai dan norma yang bersifat kegunaan yang menjadi penghayatan
perilaku manusia yang baik dan buruknya. yang paling utama adalah terkait
tentang tanggung jawab seseorang. Solusi ilmu yang terikat oleh nilai harus
terbuka pada konteks yaitu agama yang mengarahkan ilmu pada tujuan hakiki.
Yakni memahami realitas alam, dan memahami eksistensi Allah, agar manusia
menjadi sadar akan hakikat penciptaan dirinya. Solusi yang diberikan oleh
Al-ur’an terhadap ilmu pengetahuan yang terikat dengan nilai adalah dengan cara
menembalikan ilmu pengetahuan pada jalur semestinya, sehingga menajdi berkah
dan rahmat kepada manusia dan alam bukan sebaliknya membawa mudharat. Ilmu
pengetahuan meringankan beban hidup dan kesenangan manusia.
C. DUALISME
Ilmu membawa nilainya sendiri oleh karena itu nilai kebenaran itu dibawa sendiri.
Dan kebenaran dalam islam adalah ketika menggunakan menentukan sesuatu dengan
berfikir secara rasional atau berpikir alqur’an. Karena berpikir yang benar
adalah berpikir yang sesuai dengan dalil (bukti). Banyak nash alqur’an yang
menjelaskan tentang seharusnya kita melihat bukti - bukti sebagai objek
berfikir dan diyakini oleh sebuah konsep ideal subjek yang harus di buktikan
realitasnya. Biasanya di sebut Aqidah Rasional bagi manusia.
V. PENUTUP
Ketika seseorang memperoleh pengetahuan tentang
wujud atau memetik pelajaran darinya, jika dia memahami sendiri gagasan-gagasan
tentang wujud itu dengan inteleknya, dan pembenarannya atas gagasan tersebut
dilakukan dengan bantuan demonstrasi tertentu, maka ilmu yang tersusun dari
pengetahuan-pengetahuan ini disebut filsafat. Pemikiran filsafat akan berpengaruh
terhadap pemikiran keilmuan terutama
keilmuan modern karena ilmu lahir dari filsafat. Filsafat pengetahuan
merupakan suatu ilmu yang sangat urgen diketahui dan dipahami oleh peminat
ilmu-ilmu univerasal, lagi ia berguna untuk melacak kebenaran suatu ilmu.
Semoga bermanfaat untuk bahan artikel.. bila ada kekuramgam silahkan komentar... terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal Bakhtiar. Filsafat Ilmu. (2004. PT. Raja Grafindo
Persada: Jakarta).
Cecep
Sumarna. Filsafat Ilmu.
(Bandung: 2008. Mulia Press).
M. Solihin. Perkembangan Filsafat Klasik Hingga Modern. (2007. CV. Pustaka
Setia: Bandung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar