I.
PENDAHULUAN
Objek menurut bahasa yaitu orang yang menjadi pokok sasaran Pendidikan adalah proses pencerdasan
secara utuh dalam rangka mencapai kebahagian dunia dan akhirat atau
keseimbangan materi dan religious spritual.[1]
Jadi objek pendidikan adalah orang yang mendapat pencerdasan secara utuh dalam
rangka mencapai kebahagian dunia dan akhirat atau keseimbangan materi dan
religious spritual. Dapat disimpulkan bahwa objek pendidikan adalah manusia dalam
kaitannya dengan fenomena situasi pendidikan. Fenomena tersebut terdapat
dimana-mana, didalam masyarakat, didalam keluarga dan disekolah. Berikut ini
bahasan objek pendidikan berdasarkan Al-Qur’an yaitu sebagai berikut:
A.
Qs. At-Tahriim ayat 6
Terjemahan:
Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Qs. At-Tahriim:6).[2]
Tafsir:
Allah SWT berfirman, “ Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka,” yaitu kamu perintahkan dirimu dan keluarganya yang terdiri dari
istri, anak, saudara, kerabat, sahaya wanita dan sahaya laki-laki untuk taat kepada Allah. Dan, kamu larang dirimu
beserta semua orang yang berada dibawah tanggung jawabmu untuk tidak melakukan
kemaksiatan kepada Allah. Kamu ajari dan
didik mereka serta pimpin mereka dengan perintah Allah. Kamu perintahkan mereka
untuk melaksanakannya dan kamu bantu mereka dalam merealisasikannya. Bila kamu
melihat ada yang berbuat maksiat kepada Allah maka cegah dan larang mereka. Ini
merupakan kewajiban setiap muslim, yaitu mengajarkan kepada orang yang berada
dibawah tanggung jawabnya segala yang telah diwajibkan dan dilarang oleh Allah
SWT kepada mereka.[3]
Analisa:
Dalam ayat
diatas yang merupakan objek pendidikan didalam keluarga yaitu:
dirimu sendiri
keluargamu yaitu: istri, anak, saudara, kerabat,
sahaya wanita dan sahaya laki-laki.
Dalam ayat ini juga menyebutkan etika
pembelajaran yaitu dalam usaha menyelamatkan keluarga dari api neraka hendaknya
dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Artinya setiap orang tua dituntut
untuk memberikan contoh dan teladan yang baik kepada anakya. Karena anak selalu
dan akan meniru apa yang diperbuat oleh orang tuanya.
Keluarga yaitu istri, anak, saudara,
kerabat, sahaya wanita dan sahaya laki-laki merupakan tanggung jawab yang wajib
memperoleh pendidikan yang membawa mereka kejalan yang diperintahkan oleh Allah
SWT. Kemudian etika pendidikan tersebut adalah bahwa anggota keluarga harus
taat apa yang diperintahkan pemimpin keluarga dalam mendidiknya.
B. Qs.
Asy-Syuara ayat 214
Tafsir
Allah menyuruh Rasulullah SAW, agar
memberi peringatan kepada kerabat-kerabatnya yang terdekat dan bahwasanya tidak
ada yang dapat menyelamatkan para kerabat kecuali keimanannya.[5]
Analisa:
kerabat-kerabatmu
Yang dimaksud dengan kerabat terdekat dalam ayat tersebut
yang merupakan objek pendidikan adalah ahli waris yaitu: paman, tante sepupu,
uwa, kakak, ipar, keponakan dan sebagainya yang merupakan ahli waris yang
berhak mendapatkan pendidikan.
C. Qs.
At-Taubah ayat 122
Terjemahan:
Tidak sepatutnya bagi
mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.(Qs. At-Taubah:122).[6]
Tafsir:
Ayat ini merupakan penjelasan dari
Allah SWT bagi berbagai golongan penduduk Arab yang hendak berangkat bersama
Rasulullah SAW. Kemedan perang Tabuk. Sesungguhnya ada segolongan ulama salaf
yang berpendapat bahwa setiap muslim wajib berangkat untuk berperang, apabila
Rasulullah pun berangkat . oleh karena itu, Allah SWT berfirman: “maka pergilah kamu semua dengan ringan
maupun berat” (Qs. AT- Taubah:41).
Surat
AT-Taubah telah dinaskh oleh firman Allah,” tidak sepatutnya bagi penduduk
Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka tidak turut
menyertai Rasulullah” (Qs. AT-Taubah:120). Pendapat lain mengatakan : semua
golongan dari penduduk Arab yang muslim wajib berangkat perang. Kemudian dari
sekian golongan itu harus ada orang-orang yang meyertai Rasulullah saw. Guna
memahami agama lewat wahyu yang diturunkan kepadanya, kemudian mereka mendapat
memperingatkan kaumnya apabila mereka telah kembali, yaitu ihwal peroalan musuh.
Jadi, dalam pasukan itu ada dua kelompok: kelompok yang berjihad dan kelompok
yang memperdalam agama melalui Rasulullah.
Sehubungan
dengan ayat ini, al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abba, dia berkata: dari setiap
penduduk Arab ada sekelompok orang yang menemui Nabi SAW. Mereka menanyakan
kepada beliau berbagai persoalan agama yang mereka kehendaki dan mendalaminya.
Mereka berkata:, “ wahai Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami
yang harus kami lakukan dan beritahukan kepada keluarga kami bila kami kembali
yang harus kami lakukan dan beritahukan
kepada keluarga kami bila kami kembali?” Ibnu Abbas berkata: maka Nabi menyuruh
mereka menaati Allah, menaati Rasulullah, menyampaikan berita kepada kaumnya
ihwal kewajiban mendirikan shalat, dan
Zakat. Jika golongan ini telah sampai kepada kaumnya, mereka berkata:” barang
siapa yang masuk Islam , maka dia termasuk kelompok kami.” Mereka member
peringatan sehingga ada seseorang yang berpisah dengan ayah dan ibunya. Nabi
saw memberitahukan kepada setiap delegasi agar memperingatkan kaumnya jika
mereka telah kembali ke kampung halamannya: memperingatkan dengan neraka dan
menggembirakan dengan sirga.[7]
Analisa
:
Memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
Yang merupakan objek pendidikan dalam
ayat tersebut yaitu ada dua golongan
yang pertama adalah kaum muslimin yang beriman
yang pergi kemedan perang dan yang kedua adalah golongan kaum muslimin
yang beriman yang memperdalam pengetahuan tentang agama. Etika pembelajaran
yaitu Yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir.
Upaya
mencari ilmu pengetahuan merupakan tugas atau kewajiban bagi setiap muslim,
laki – laki maupun perempuan. Menurut Nabi tinta para pelajar setara dengan
darah para syuhada di hari pembalasan nanti. Dengan demikian, para actor dalam proses
belajar mengajar, yaitu guru dan murid, di pandang sebagai.”orang-orang yang
terpilih “ dalam masyarakat dan telah termotivasi secara kuat oleh agama untuk
mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan mereka.[8]
D. Qs.
An-Nisa ayat 170
Terjemahan:
Wahai manusia,
sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa)
kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu.
Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun)
karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah.
Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(Qs. AN-Nisaa: 170).[9]
Tafsir:
Allah SWT berfirman: “
hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dengan membawa
kebenaran dari Tuhanmu. Berimanlah, maka hal itu lebih baik bagimu. “ yakni.
Sesungguhnya telah datang kepadamu Muhammad SAW. Membawa petunjuk dan agama
yang hak dari Allah SWT. Maka berimanlah kamu kepada apa yang dibawanya
kepadamu dan ikutilah dia, maka hal itu lebih baik bagimu. Kemudian Allah
Ta’ala berfirman, “ dan jika kamu kafir, maka sesungguhya kepunyaan Allahlah
apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi.” Maksudnya, dia tidak
membutuhkan dan keimanannya serta dia pun tidak menjadi mudarat karena
kekafiranmu. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, “dan Musa berkata”, “jika
kamu dan orang-orang yang ada dimuka bumi semuanya kafir, maka sesungguhnya
Allah Maha kaya lagi Maha Terpuji.” Dari sana, Allah berfirman:”adalah Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” siapa diantara kamu yang berhak mendapat
hidayah lalu ditunjukan-Nya dan siapa diantara kamu yang berhak mendapat hidayah lalu
ditunjukkan-Nya dan siapa yang berhak mendapat kesesatan lalu disesatkan-Nya. “
lagi mahabijaksana” dalam perbuatan, perkataan, syariat, dan ketetapan-Nya.[10]
Analisa:
Dalam
ayat tersebut bahwa yang merupakan objek pendidikan adalah seluruh manusia yang
di beri peringatan oleh Rasulullah SAW.
III. III. PANDANGAN
TEORI LAIN TENTANG OBJEK PENDIDIKAN, PESERTA DIDIK, SIFAT PESERTA DIDIK, ETIKA
PESERTA DIDIK.
A. Etika
Peserta Didik
Terjemahan: Musa berkata: "Insya Allah kamu
akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu
dalam sesuatu urusanpun."(Qs. Al-Khafi:69).
Dalam
ayat diatas bahwa seorang murid harus sabar dalam mendapatkan ilmu.
Terjemahan:
Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan
kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu
(QS. Al-Kahfi:70).
Dalam
ayat diatas etika peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu menghormati
guru, memperhatikan keterangan guru, jangan memutuskan pembicaraan guru.
Terjemahan: Maka berjalanlah keduanya, hingga
tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa
kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?"
Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.(Qs. Al-Kahfi:71).
Kandungan
tarbawi dalam ayat diatas yaitu seorang murid harus menegur gurunya apabila
terbukti salah.
B
. Etika Seorang Guru
Terjemahan:
Mereka bertanya tentang
apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan
hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa
saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.(Qs.
Al-Baqarah:215).
Dalam ayat diatas menjelaskan bahwa
seorang guru harus mengajar dengan cara bertanya.
Terjemahan: Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku
karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan
dalam urusanku." (Qs.
Al-Kahfi:73).
Seorang
guru harus memperhatikan kondisi peserta didik karena kurang pendengaran atau
daya ingat yang dimiliki oleh seorang peserta didik.
Terjemahan:
jadilah
engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah
dari pada orang-orang yang bodoh (Qs. Al-Araf:199).
Seorang guru harus
memiliki kelapang dadaan dalam menghadapi peserta didiknya.
IV. IV.PENUTUP
Al-Qur’an
merupakan kitab petunjuk dan pedoman bagi seluruh umat manusia. Sebagai
pedoman, maka manusia harus selalu mempelajari, meneliti, memperinci sehingga
dapat dijadikan norma-norma konkrit dalam mengarahkan prilaku manusia. Agar
ajaran Al-Qur’an dapat diserap dan diinternalisasi manusia, maka Tuhan memberi
macam cara edukatif yang sesuai dengan fitrah manusia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdurrahman
Mas’ud dkk. Paradigma Pendidikan Islam.
(Pustaka Pelajar: Semarang.2001).
2. Abdurrahman
Mas’ud. Dari Harmain Ke Nusantara.
(Kencana :Jakarta. 2006).
3. Departemen
Agama RI. AL-Qur’an dan Terjemahan. (
PT. Karya Toha: Semarang. __).
4. Muhammad
Nasib Ar-Rifa’i. Ringkasan Tafsir Ibnu
Katsir. (Gema Insani: Jakarta. 1999).
[1]
Abdurrahman Mas’ud dkk. Paradigma Pendidikan Islam. (Pustaka Pelajar:
Semarang.2001). hal 7.
[2] Departemen Agama RI. AL-Qur’an
dan Terjemahan. ( PT. Karya Toha: Semarang. __). juz 28. Hal 951.
[3] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. (Gema
Insani: Jakarta. 1999). Jilid 4. Hal 751.
[4] Departemen Agama RI. Juz 19. Hal
589.
[5] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jilid 3
hal 610.
[6] Departemen Agama RI. Juz 11. Hal
302.
[7] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. (Gema
Insani: Jakarta. 1999).Jilid 2. Hal 684-685.
[8]
Abdurrahman Mas’ud. Dari Harmain Ke Nusantara. (Kencana :Jakarta. 2006). Hal
37.
[9] Departemen Agama RI. Juz 6. hal
151.
[10] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir .
Jilid I Hal. 856
Tidak ada komentar:
Posting Komentar