Selasa, 09 Oktober 2012

PENEMPATAN FUNGSI FILSAFAT TERHADAP PERKEMBANGAN TEKNOLOGI



  I.     PENDAHULUAN

Ilmu lahir dari filsafat dalam perkembangannya mempunyai produk yaitu teknologi.  Sekarang ini perkembangan filsafat telah terkalahkan oleh teknologi. Ramifikasi filsafat menjadi lebih sempit dibandingkan dengan ramifikasi teknologi yang lebih luas perkembangannya.
Kita ketahui bahwa sebenarnya sejak dulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi.  Seseorang menggunakan teknologi karena manusia berakal. Dengan akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman dan sebagainya. Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya dan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya.
Pada satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis, Demikian juga ditemukannya formulasi-formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktifitas manusia. Ringkas kata kemajuan IPTEK yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Sumbangan IPTEK terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa IPTEK mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia.
Kalaupun teknologi mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti teknologi sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu menampilkan kenyataan . Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan. Tentu saja iptek tidak mengenal moral kemanusiaan, oleh karena iptek tidak pernah bisa menjadi standar kebenaran ataupun solusi dari masalah-masalah manusia.
Dampak teknologi adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu teknologi, bisa akibat baik bisa juga akibat buruk dalam kehidupan manusia.                                                                                                      
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuanm ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun demikian, walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif. Karena itu perlu memposisikan filsafat di dalam teknologi untuk kehidupan manusia yang ingin terus maju dan membawa perkembangan teknologi pada reel dan posisi yang sebenarnya. Untuk itulah dalam kesempatan ini penulis paparkan penempatan fungsi filsafat terhadap perkembangan teknologi.
II.     PEMBAHASAN
A.     Ilmu (Teknologi) Sebagai Kajian Filsafat
Filsafat dan ilmu adalah dua yang saling terkait, baik secara substantial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.  Ilmu semakin subur dan terjadi sekat-sekat antara ilmu lainnya. Disamping berkembang dengan pesat timbul rasa kekhawatiran yang dapat mengeliminir peran manusia tanpa sadar dapat diperbudak ilmu teknologi.
Karena itu filsafat berusaha mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu tidak menjadi boomerang bagi kehidupan manusia. Dan mempertegas bahwa ilmu dan teknologi bukan tujuan. 

Ilmu bersifat pasteriori yaitu kesimpulannya ditarik setelah pengujian-pengujian secara berulang-ulang. Sedangkan filsafat bersifat apriori yakni kesimpulan-kesimpulannya adanya data empiris seperti yang dituntut ilmu.[1] Filsafat merupakan pembuka lahirnya ilmu sehingga filsafat di sebut dengan induk ilmu.
B.     Fungsi Filsafat
Studi filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menangani pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi filsafat membantu untuk mendalami pertanyaan-pertanyaan asasi manusia tentang realitas (filsafat teoritis) dan lingkup tanggung jawabnya (filsafat praktis). Kemampuan itu dipelajarinya dari luar jalur secara sisitematik dan secara historis.
1.   Secara sistematis. Artinya filsafat menawarkan metode-metode mutakhir untuk menangani masalah-masalah mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab, dan keadilan dan sebagainya.
a.      Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
b.      Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
c.       Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
d.      Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan .
e.      Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya
2.   Melalui jalur sejarah filsafat. Di situ orang belajar untuk mendalami, menanggapi, serta belajar dari jawaban-jawaban yang sampai sekarang ditawarkan oleh para pemikir dan filosof terkemuka terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu : sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.
Kemampuan ini memberikan sekurang-kurangnya  tiga kemampuan yang memang sangat dibutuhkan oleh segenap orang yang dizaman sekarang harus atau mau memberikan pengarahan, bimbingan, dan kepemimpinan spiritual dan intelektual dalam masyarakat:
Suatu pengertian lebih mendalam tentang manusia dan dunia. Dengan mempelajari pendekatan-pendekatan pokok terhadap pertanyaan-pertanyaan manusia paling hakiki, serta mendalami jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemikir-pemikir besar umat manusia, wawasan dan pengertian kita sendiri diperluas.
Kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan kritis argumentasi-argumentasi, pendapat-pendapat, tuntutan-tuntutan, dan legitimasi-legitimasi dari pelbagai ajaran agama, ideologi dan pandangan dunia. Secara singkat, filsafat selalu juga merupakan kritik ideologi. Justru kemampuan ini sangat diperlukan dewasa ini di mana kebudayaan merupakan pasaran ide-ide dan ideologi-ideologi relegius dan politis yang mampu membujuk manusia untuk mempercayakan diri secara buta kepada mereka. Dalam situasi ini sangat diperlukan kemampuan untuk tidak sekedar menolak ideologi-ideologi secara dogmatisdan dari luar, melainkan untuk menangggapi secara kritis dan argumentatif.
Pendasaran metodis dan wawasan  lebih mendalam serta kritis dalam menjalani studi-studi di ilmu-ilmu khusus, termasuk teologi. Dapat dikatakan bahwa filsafat sangat diperlukan oleh profesi-profesi seperti pendidik, pengarang, dan penerbit, budayawan, sosiolog, psikolog, ilmuwan politik, agamawan, termasuk kiayi, pendeta, pastur,dan teolog.
Seorang pendidik untuk mempergunakan dan memanfaatkan teknologi di dunia pendidikan perlu pendekatan filsafat yaitu pendekatan teknologi humanis yang memanusiakan manusia berikut ini merupakan paparannya.
C.     Teknologi Yang Humanis
Istilah “teknologi” adalah bentukan dari istilah awal “techne” (Latin) yang berarti cara atau proses. Cara itu bermacam-macam, ada yang menggunakan alat atau sarana,dan ada yang tidak menggunakannya. Menurut Iskandar Alisyahbana, sebagai seorang teknolog, teknologi telah dikenal manusia sejak jutaan tahun yang lalu, karena dorongan untuk hidup yang lebih nyaman, lebih makmur dan lebih sejahtera. Teknologi didefinisikan sebagai "cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindera dan otak manusia”. (1980:71).
Perkembangan teknologi, terutama teknologi  telah memicu terjadinya revolusi dalam bidang pendidikan. Humanisme merupakan filsafat hidup yang pada intinya adalah memanusiakan manusia, yaitu yang mempunyai komitmen untuk terwujudnya manusia seutuhnya meliputi semua aspek perkembangan positif pribadi seperti cinta, kreativitas, makna, dan inovatif.
 Berdasarkan pengertian tentang humanisme, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan yang humanis adalah berfokus pada peserta-didik, yaitu yang menghargai keragaman karakteristik mereka, berusaha mengembangkan potensi masing-masing dari mereka secara optimal, mengembangkan kecakapan hidup untuk dapat hidup selaras dengan kondisi pribadi dan lingkungan, memberikan bantuan untuk mengatasi kesulitan pribadi termasuk belajar, serta dengan menggunakan berbagai cara untuk mengetahui dan menilai kemajuan belajar mereka masing-masing.
Teknologi yang humanis adalah teknologi yang dapat digunakan sesuai dengan kaidah-kaidah humanistik. Teknologi itu harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar potensi setiap pribadi dapat berkembang secara optimal, namun tidak memisahkan pribadi-pribadi tersebut dari tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Teknologi sebagai cita manusia yang terus berkembang perlu dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai masalah yang mungkin disebabkan oleh perkembangan teknologi itu sendiri.
Dalam dunia pendidikan teknologi sebagai proses, produk dan sistem yang dikembangkan untuk mengatasi masalah pendidikan, yaitu masalah mutu, pemerataan, relevansi, efisiensi dan produktivitas, telah dikembangkan sebagai suatu disiplin keilmuan khusus. Disiplin keilmuan tersebut adalah ”teknologi pendidikan”. Teknologi pendidikan dikembangkan dengan dua dasar pertimbangan. Pertama, karena masalah pendidikan yang ada (mutu, pemerataan, relevansi, efisiensi dan produktivitas) tidak dapat dipecahkan dengan pendekatan yang sudah ada (seperti menambah guru, menambah buku, menambah sekolah dll.). Oleh karena itu diperlukan pendekatan baru. Kedua, perkembangan lingkungan, termasuk perkembangan politik (demokrasi, desentralisasi, HAM dll), perkembangan lingkungan alam dan ekonomi (pasar bebas, pelestarian alam dsb.), dan perkembangan teknologi (terutama TIK) akan sangat mempengaruhi dunia pendidikan. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan baru yang mengambil manfaat dari perkembangan yang ada. Jadi misalnya perkembangan teknologi yang mengandung dampak penerapan yang negatif, tidak diangap sebagai ancaman, melainkan dianggap sebagai peluang untuk dimanfaatkan guna mengatasi masalah pendidikan.
Teknologi pendidikan dapat pula dikatakan sebagai perkembangan yang logis dan rasional dari apa yang semula disebut dengan ”didaktik & metodik pengajaran” yang dilaksanakan pada jalur pendidikan formal jenjang dasar dan menengah. Didatik & metodik hanya merupakan sebagian dari proses belajar – pembelajaran. Tuntutan dengan wajah humanis untuk dikembangkannya pembelajaran sebagai bentuk interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar, perlu dikembangkan untuk semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Proses pembelajaran yang dikembangkan dalam Teknologi Pendidikan, tidak hanya PAKEM melainkan PAIKEM dan PAINO (Pembelajaran Aktif, Interaktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, dan Pembelajaran Atraktif, dan Inovatif).

III.     PENUTUP
Fisafat mempunyai peranan penting bagi perkembangan ilmu dan teknologi untuk membawa kejalan yang sebenarnya agar mencapai tujuan semula yaitu meringankan beban manusia, mengatasi berbagai masalah, dan untuk meningkatkan kebudayaan dan kemajuan bagi umat manusia secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.

Alisyahbana, Iskandar. Tekonologi dan Perkembangan. Jakarta: Yayasan Idayu. 1973.

Amsal Bakhtiar. Filsafat Ilmu. (2004. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta).

Cecep Sumarna. Filsafat Ilmu. (Bandung: 2008. Mulia Press).

M. Solihin. Perkembangan Filsafat Klasik Hingga Modern. (2007. CV. Pustaka Setia: Bandung).

Jujun S. Sumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. (PT. Total Grafindo Indonesia: Jakarta. 2003) Cet ke 16.

 BACA JUGA...!!!!

Tidak ada komentar: