I.
PENDAHULUAN
Ilmu lahir dari filsafat
dalam perkembangannya mempunyai produk yaitu teknologi. Sekarang ini perkembangan filsafat telah
terkalahkan oleh teknologi. Ramifikasi filsafat menjadi lebih sempit
dibandingkan dengan ramifikasi teknologi yang lebih luas perkembangannya.
Kita ketahui bahwa
sebenarnya sejak dulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan
teknologi. Seseorang menggunakan
teknologi karena manusia berakal. Dengan akalnya ia ingin keluar dari masalah,
ingin hidup lebih baik, lebih aman dan sebagainya. Perkembangan teknologi
terjadi karena seseorang menggunakan akalnya dan akalnya untuk menyelesaikan
setiap masalah yang dihadapinya.
Pada satu sisi,
perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa
manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis
pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini
relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis, Demikian
juga ditemukannya formulasi-formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah
mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan
aktifitas manusia. Ringkas kata kemajuan IPTEK yang telah kita capai sekarang
benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan
kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Sumbangan IPTEK terhadap peradaban dan
kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula
menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa IPTEK mendatangkan malapetaka dan
kesengsaraan bagi manusia.
Kalaupun teknologi mampu
mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti teknologi
sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu menampilkan kenyataan .
Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan obyektif.
Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan. Tentu saja iptek tidak mengenal
moral kemanusiaan, oleh karena iptek tidak pernah bisa menjadi standar
kebenaran ataupun solusi dari masalah-masalah manusia.
Dampak teknologi adalah
akibat yang ditimbulkan oleh suatu teknologi, bisa akibat baik bisa juga akibat
buruk dalam kehidupan manusia.
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam
kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuanm
ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif
bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru
dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat
sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah
dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun demikian, walaupun pada awalnya
diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga memungkinkan
digunakan untuk hal negatif. Karena itu perlu memposisikan filsafat di dalam
teknologi untuk kehidupan manusia yang ingin terus maju dan membawa
perkembangan teknologi pada reel dan posisi yang sebenarnya. Untuk itulah dalam
kesempatan ini penulis paparkan penempatan fungsi filsafat terhadap
perkembangan teknologi.
II.
PEMBAHASAN
A.
Ilmu (Teknologi) Sebagai
Kajian Filsafat
Filsafat dan ilmu adalah dua yang
saling terkait, baik secara substantial maupun historis karena kelahiran ilmu
tidak lepas dari peranan filsafat. Sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat
keberadaan filsafat. Ilmu semakin subur
dan terjadi sekat-sekat antara ilmu lainnya. Disamping berkembang dengan pesat
timbul rasa kekhawatiran yang dapat mengeliminir peran manusia tanpa sadar
dapat diperbudak ilmu teknologi.
Karena itu filsafat berusaha
mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu tidak menjadi boomerang bagi kehidupan
manusia. Dan mempertegas bahwa ilmu dan teknologi bukan tujuan.
Ilmu bersifat pasteriori yaitu
kesimpulannya ditarik setelah pengujian-pengujian secara berulang-ulang.
Sedangkan filsafat bersifat apriori
yakni kesimpulan-kesimpulannya adanya data empiris seperti yang dituntut ilmu.[1]
Filsafat merupakan pembuka lahirnya ilmu sehingga filsafat di sebut dengan
induk ilmu.
B.
Fungsi Filsafat
Studi filsafat semakin menjadikan
orang mampu untuk menangani pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak
dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi filsafat membantu untuk mendalami
pertanyaan-pertanyaan asasi manusia tentang realitas (filsafat teoritis) dan
lingkup tanggung jawabnya (filsafat praktis). Kemampuan itu dipelajarinya dari
luar jalur secara sisitematik dan secara historis.
1. Secara sistematis.
Artinya filsafat menawarkan metode-metode mutakhir untuk menangani
masalah-masalah mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan,
baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab, dan keadilan dan sebagainya.
a.
Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang
ada.
b.
Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral
terhadap pandangan filsafat lainnya.
c.
Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup
dan pandangan dunia.
d.
Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna
dalam kehidupan .
e.
Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan
dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan
sebagainya
2. Melalui jalur sejarah
filsafat. Di situ orang belajar untuk mendalami, menanggapi, serta belajar dari
jawaban-jawaban yang sampai sekarang ditawarkan oleh para pemikir dan filosof
terkemuka terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk
memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu
disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya
dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu : sebagai confirmatory
theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis
dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan
berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.
Kemampuan ini memberikan
sekurang-kurangnya tiga kemampuan yang
memang sangat dibutuhkan oleh segenap orang yang dizaman sekarang harus atau
mau memberikan pengarahan, bimbingan, dan kepemimpinan spiritual dan intelektual
dalam masyarakat:
Suatu pengertian lebih mendalam
tentang manusia dan dunia. Dengan mempelajari pendekatan-pendekatan pokok
terhadap pertanyaan-pertanyaan manusia paling hakiki, serta mendalami
jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemikir-pemikir besar umat manusia, wawasan
dan pengertian kita sendiri diperluas.
Kemampuan untuk menganalisis
secara terbuka dan kritis argumentasi-argumentasi, pendapat-pendapat,
tuntutan-tuntutan, dan legitimasi-legitimasi dari pelbagai ajaran agama,
ideologi dan pandangan dunia. Secara singkat, filsafat selalu juga merupakan
kritik ideologi. Justru kemampuan ini sangat diperlukan dewasa ini di mana
kebudayaan merupakan pasaran ide-ide dan ideologi-ideologi relegius dan politis
yang mampu membujuk manusia untuk mempercayakan diri secara buta kepada mereka.
Dalam situasi ini sangat diperlukan kemampuan untuk tidak sekedar menolak
ideologi-ideologi secara dogmatisdan dari luar, melainkan untuk menangggapi
secara kritis dan argumentatif.
Pendasaran metodis dan
wawasan lebih mendalam serta kritis
dalam menjalani studi-studi di ilmu-ilmu khusus, termasuk teologi. Dapat
dikatakan bahwa filsafat sangat diperlukan oleh profesi-profesi seperti
pendidik, pengarang, dan penerbit, budayawan, sosiolog, psikolog, ilmuwan
politik, agamawan, termasuk kiayi, pendeta, pastur,dan teolog.
Seorang pendidik untuk
mempergunakan dan memanfaatkan teknologi di dunia pendidikan perlu pendekatan
filsafat yaitu pendekatan teknologi humanis yang memanusiakan manusia berikut
ini merupakan paparannya.
C.
Teknologi Yang Humanis
Istilah “teknologi”
adalah bentukan dari istilah awal “techne” (Latin) yang berarti cara atau
proses. Cara itu bermacam-macam, ada yang menggunakan alat atau sarana,dan ada
yang tidak menggunakannya. Menurut Iskandar
Alisyahbana, sebagai seorang teknolog, teknologi telah dikenal manusia sejak jutaan tahun yang lalu,
karena dorongan untuk hidup yang lebih nyaman, lebih
makmur dan lebih sejahtera. Teknologi didefinisikan sebagai "cara
melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan
akal, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh
anggota tubuh, pancaindera dan otak manusia”. (1980:71).
Perkembangan teknologi,
terutama teknologi telah memicu terjadinya revolusi dalam bidang
pendidikan. Humanisme merupakan filsafat hidup yang pada intinya adalah memanusiakan manusia, yaitu yang
mempunyai komitmen untuk terwujudnya manusia seutuhnya meliputi semua aspek
perkembangan positif pribadi seperti cinta, kreativitas, makna, dan inovatif.
Berdasarkan pengertian tentang humanisme,
maka dapat dikatakan bahwa pendidikan yang humanis adalah berfokus pada peserta-didik, yaitu yang
menghargai keragaman karakteristik mereka, berusaha mengembangkan potensi
masing-masing dari mereka secara optimal, mengembangkan kecakapan hidup untuk dapat hidup
selaras dengan kondisi pribadi dan lingkungan, memberikan bantuan untuk
mengatasi kesulitan pribadi termasuk belajar, serta dengan menggunakan berbagai cara untuk
mengetahui dan menilai kemajuan belajar mereka masing-masing.
Teknologi yang humanis
adalah teknologi yang dapat digunakan sesuai dengan kaidah-kaidah humanistik.
Teknologi itu harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar potensi setiap pribadi
dapat berkembang secara optimal, namun tidak memisahkan pribadi-pribadi tersebut
dari tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Teknologi sebagai cita manusia yang terus
berkembang perlu dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai masalah yang mungkin
disebabkan oleh perkembangan teknologi itu sendiri.
Dalam dunia pendidikan
teknologi sebagai proses, produk dan sistem yang dikembangkan untuk
mengatasi masalah pendidikan, yaitu masalah mutu, pemerataan, relevansi, efisiensi dan
produktivitas, telah dikembangkan sebagai suatu disiplin keilmuan khusus. Disiplin keilmuan
tersebut adalah ”teknologi pendidikan”. Teknologi pendidikan dikembangkan dengan dua
dasar pertimbangan. Pertama, karena masalah pendidikan yang ada (mutu, pemerataan,
relevansi, efisiensi dan produktivitas) tidak dapat dipecahkan dengan
pendekatan yang sudah ada (seperti menambah guru, menambah buku, menambah sekolah
dll.). Oleh karena itu diperlukan pendekatan baru. Kedua, perkembangan lingkungan,
termasuk perkembangan politik (demokrasi, desentralisasi, HAM dll), perkembangan
lingkungan alam dan ekonomi (pasar bebas, pelestarian alam dsb.), dan perkembangan
teknologi (terutama TIK) akan sangat mempengaruhi dunia pendidikan. Oleh karena itu
diperlukan suatu pendekatan baru yang mengambil manfaat dari perkembangan yang ada.
Jadi misalnya perkembangan teknologi yang mengandung dampak penerapan yang
negatif, tidak diangap sebagai ancaman, melainkan dianggap sebagai peluang untuk
dimanfaatkan guna mengatasi masalah pendidikan.
Teknologi pendidikan dapat
pula dikatakan sebagai perkembangan yang logis dan rasional dari apa yang
semula disebut dengan ”didaktik & metodik pengajaran” yang dilaksanakan pada jalur
pendidikan formal jenjang dasar dan menengah. Didatik & metodik hanya merupakan
sebagian dari proses belajar – pembelajaran. Tuntutan dengan wajah humanis untuk
dikembangkannya pembelajaran sebagai bentuk interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar, perlu dikembangkan untuk semua jalur, jenis dan
jenjang pendidikan. Proses pembelajaran yang dikembangkan dalam Teknologi Pendidikan,
tidak hanya PAKEM melainkan PAIKEM dan PAINO (Pembelajaran Aktif,
Interaktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, dan Pembelajaran Atraktif, dan Inovatif).
III.
PENUTUP
Fisafat mempunyai peranan
penting bagi perkembangan ilmu dan teknologi untuk membawa kejalan yang
sebenarnya agar mencapai tujuan semula yaitu meringankan beban manusia,
mengatasi berbagai masalah, dan untuk meningkatkan kebudayaan dan kemajuan bagi
umat manusia secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI
Bandung.
Alisyahbana, Iskandar. Tekonologi dan Perkembangan. Jakarta:
Yayasan Idayu. 1973.
Amsal Bakhtiar. Filsafat Ilmu.
(2004. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta).
Cecep Sumarna. Filsafat Ilmu.
(Bandung: 2008. Mulia Press).
M. Solihin. Perkembangan Filsafat Klasik
Hingga Modern. (2007. CV. Pustaka Setia: Bandung).
Jujun S. Sumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. (PT. Total
Grafindo Indonesia: Jakarta. 2003) Cet ke 16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar